Materi Ceramah Ramadhan

Ceramah Ramadhan Hari Ke-1: Puasa Dalam Perspektif Islam

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada kesempatan yang kesekian kalinya kita dipertemukan lagi dengan bulan ramadhan, marilah kita sambut bulan suci ramadhan ini dengan ucapan “Marhaban ya Ramadhan. Sambutan ini menunjukkan bahwa bahwa tamu disambut dengan lapang dada, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya; tidak menggerutu dan menganggap kehadiarannya “mengganggu ketenangan” atau suasana nyaman kita.

Jamaah Tarwih yang berbahagia …
Untuk itu kita perlu mempersiapkan bekal dan tekad yang membaja guna mennelusuri jalan, memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam ramadhan dengan salat dan tadarrus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah SWT.
Al-qur’an menggunakan kata shiyam dalam arti puasa menurut hukum syariat. Secara bahasa, kata shiyam yang berakar dari huruf-huruf sha-wa-ma berarti “menahan” dan “berhenti” atau “tidak bergerak”. Manusia yang berupaya menahan diri dari suatu aktifitas – apapun aktifitas itu – dinamai shaim (berpuasa). pengertian kebahasaan ini dipersempit maknanya oleh hukum syariat, sehingga puasa (shiyam) hanya digunakan untuk “menahan diri dari makan, minum dan upaya mengeluarkan sperma dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari”.

Jamaah Tarwih yang dirahmati Allah SWT…
Namun Al-Qur’an menginformasikan bahwa kata shiyam tidak hanya membatasi padamenahan makan, minum dan berhubungan suami-istri, tetapi juga digunakan dalam arti manahan bicara (Qs. Maryam 19:26). Bahkan, kaum sufi, merujuk kepada hakikat dan tujuan puasa, menambahkan bahwa kegiatan yang harus dibatasi selama melakukan puasa mencakup pembatasan atas seluruh anggota tubuh, hati, dan pikiran dari melakukan segala macam dosa.
Hakikat shiyam atau shaum bagi manusia adalah menahan atau mengendalikan diri, karena itupula puasa disamakan dengan sikap sabar. Hadis Qudsi yang menyatakan antara lain bahwa: Al-Shaumu liy wa Ana Ajziy yang aritnya Puasa untuk-Ku, dan Aku yang memberi ganjaran (HR. al-bukhari) dipersamakan oleh banyak ulama dengan firman-Nya dalam QS. az-Zumar 39:10

Yang artinya:

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

Orang sabar yang dimaksud di sini adalah orang yang berpuasa. Ada beberapa macam puasa dalam pengertian syariat / hukum sebagaimana di singgung diatas, yakni:

  • Puasa wajib sebulan ramadhan.
  • Puasa kafarrat, akibat pelanggaran, atau semacamnya.
  • Puasa Sunnat.

Jamaah tarwih yang berbahagia …
Uraian Al-Qur’an tentang puasa ramadhan, ditentukan dalam Qs. al-baqarah 2:183-185 dan 187. Ini berarti bahwa puasa ramadhan baru diwajibkan setelah Nabi SAW hijrah ke madinah, yakni pada 10 Syaban tahun ke-2 hijriah. Berikut ayat-ayatnya:

Yang Artinya:

  1. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
  2. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
    185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
    187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

Jamaah tarwih yang dirahmati Allah SWT…
Berdasarkan Ayat-ayat diatas dapat disimpulkan beberapa point, antara lain: kewajiban puasa di bulan Ramadhan yang diawali dengan panggilan mesra “wahai orang-orang yang beriman,….” dimaksudkan agar dapat mendorong umat Islam untuk melaksanakannya dengan baik, tanpa kesalahan. Bahkan, tujuan puasa tersebut adalah untuk kepentingan yang berpuasa sendiri, yakni “agar kamu bertaqwa atau terhindar dari siksa api neraka”;
Kewajiban puasa tersebut hanya beberapa hari, itu pun hanya diwajibkan bagi yang berada dikampung halaman tempat tinggalnya, dan dalam keadaan sehat wal afiat, sehingga “barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan” maka dia boleh tidak berpuasa dan menggantinya pada hari yang lain. “sedang yang merasa sangat berat berpuasa, maka dia harus membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin”.
Sekalipun puasa adalah kewajiban bagi umat Islam, tetapi “Allah menghendaki kemudahan untuk kamu bukan kesulitan”.
Pelaksanaan puasa dalam arti menahan makan, minum dan hubungan suami-istri dimulai sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. karena itu, makan, minum dan berhubungan suami-istri dapat dilakukan sejak terbenam matahari sampai terbit fajar. namun puasa harus disempurnakan dan jangan dinodai dengan perbuatan melanggar norma agama, “sempurnakanlah puasa itu sampai malam”.

Jamaah tarwih yang berbahagia …
Secara jelas Al-qur’an menyatakan bahwa tujuan puasa adalah untuk mencapai ketaqwaan, la’allakum tattaqun. Menahan diri dari lapar bukanlah tujuan utama puasa. Hal ini disyaratkan di dalam hadis Nabi, yang artinya “Banyak diatara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga”.
Taqwa, secara bahasa berarti menghindar, mejauhi, menjaga diri. Kalimat perintah ittaqullah, secara harfiah berarti hindarilah, jauhilah atau jagalah dirimu dari Allah, makna ini mustahil dapat dilakukan oleh mahluk. Bagaimana mungkin menghindarkan diri dari Allah atau menjauhi-Nya, sedangkan Allah bersama kamu dimanapun kamu berada. Oleh karena itu perlu disiapkan kata atau kalimat untuk meluruskan maknanya. Misalnya, kata siksa atau yang semakna dengannya, sehingga perintah bertaqwa mengandung arti perintah untuk menghindarkan diri dari siksa Allah.

Jamaah tarwih yang berbahagia …
Dengan demikian, puasa dibutuhkan oleh semua manusia, kaya ataupun miskin, pandai ataupun bodoh, untuk kepentingan pribadi atau masayarakat, yakni pengendalian diri. hal ini mengisyaratkan bahwa dengan berpuasa, manusia berupaya dalam tahap awal dan minimal meneladani sifat-sifat Allah. nabi bersabda: “Takhallaqu bi akhlaq Allah” Teladanilah sifat-sifat Allah. Manusia mempunyai kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan fa’ali, yaiut makan, minum, dan hubungan suami-istri. ketiga kebutuhan itu tidak dibutuhkan oleh Allah SWT.
Disamping itu puasa bertujuan mempertinggi rasa persaudaraan dan kepedulian sosial, ibadah puasa mengasah dan mengasuh manusia agar memiliki sifat sabar dan jujur.
Semoga Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan ramadhan ini nantinya dapat melahirkan nilai-nilai ketaqwaan, nilai-nilai persaudaraan, kebaran dan kejujuran. Wa Allah A’lam bi al-Shawab.[cp]

http://www.ceramahpidato.com/puasa-dalam-perspektif-islam.html

 


 

Ceramah Ramadhan Hari Ke-2: Fadhilah Ramadhan

Ceramah Ramadhan Hari Ke-2: Fadhilah Ramadhan – Sahabat Cerpi Pada ceramah hari ke-2 ini akan diangkat tema, fadilah Ramadhan 2017. Penciftaan dan pemilikan terhadap apa-apa yang dikehendaki oleh Allah SWT (Qs. al-Qashash 28:68) diyakini mengandung hikmah dan keutamaan tersendiri. Misalnya, Allah memilih mekkah untuk tempat bangunan Kabbah, sedang kabbah ditetapkan sebagai kiblat kaum muslimin. Demikian pula halnya bulan ramadhan dipilih oleh Allah SWT sebagai bulan yang penuh kemuliaan dan keutamaan yang tidak dimiliki bulan-bulan lainnya.

 

Jamaah Tarwih yang dirahmati Allah SWT …
Apabila seseorang menelusuri kasus-kasus yang telah terjadi di bulan ramadhan serta mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadish-hadis nabi SAW, yang ada kaitan dengannya niscaya akan dijumpai bahwa telah terjadi banyak peristiwa penting didalamnya. Disini lain, beribadah dan beramal saleh didalam bulan ramadhan mempunyai penilaian yang istimewa dari Allah SWT.
Peristiwa-peristiwa penting dan keutamaan beramal kebaikan dalam bulan ramadhan antara lain:
Bulan yang dipilih oleh Allah untuk menurunkan permulaan al-Qur’an. Penuturan Al-Qur’an bahwa keberadaanya untuk menjadi petunjuk, pembeda antara yang hak dan yang bathil. Qs. al-Baqarah 2:185

 

Yang Artinya:

Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Dan Pemberi peringatan kepada seluruh alam. Qs. Al-Furqan 25:1,

Yang artinya:

Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam

Jamaah tarwih yang berbahagia …

Oleh karena itu, malam permulaan turun Al-Qur’an disebut malam kemuliaan, malam yang lebih baik dari 1000 malam, di indonesia dikenal dengan “lailatul Qad”. Qs. al_Qadr 97:1-5,

 

Yang artinya:

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar

Bulan yang dipilih untuk saat terjadinya perang Badar al-Qubra sebagai perang yang pertama sejak pengangkatan nabi Muhammad SAW menjadi Rasul yang terakhir dengan kemenangan kaum Muslimin. Dengan peristiwa itu nampaklah ketinggian kalimat tauhid dan awal keruntuhan kekuasaan Musyirikin dan mulainya nyata sinar Risalah Islam. Qs Ali-Imran 3:155,

Yang artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu [244], hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi ma’af kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.

Dan Qs. Al-Anfal 8:41,

Yang artinya:

Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan , yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Bulan yang dipilih untuk kaum muslimin menunaikan ibadah shiyam (puasa) dengan tujuan memperoleh derajat taqwa. Qs. al-Baqarah 2:197,

Yang artinya:

(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi , barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats , berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

Pada sisi lain, Allah SWT berfirman didalam Qs. Al-Nahl 16:128,

Yang Artinya:

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.

Bulan yang telah dipilih bagi kaum muslimin untuk lebih mengintensifkan aktifitas-aktifitas ibadah dan amal saleh lainnya.

Jamaah tarwih yang dirahmati Allah SWT …
Diperolehnya beberapa riwayat dari nabi SAW yang menunjukkan keutamaan beribadah dan beramal Saleh dalam bulan Ramadhan, antara lain:

  • Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Huraira bahwa Nabi SAW bersabda, yang artinya: “Jika tiba bulan puasa terbuka semua pintu langit dan tertutup pintu-pintu neraka jahannam dan dirantai syaitan”.
  • Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu abbas, bahwa: “Adalah rasulullah SAW lebih pemurah kepada semua orang, lebih-lebih jika bulan Ramadhan, dimana ia selalu dihubungi oleh Jibril dan hampir setiap malam Jibril datang untuk tadarrus Al-Qur’an. Dan rasulullah SAW jika bertemu dengan Jibril, maka ia lebih pemurah lagi melebihi dari angin yang berhembus”.
  • Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadist dari Aisyah bahwa: “ bahwasanya rasulullah SAW beri’tikaf disepuluh yang terakhir bulan Ramadhan sampai diwafatkan oleh Allah SWT”.
  • Imam Muslim meriwayatkan hadis Qudsi dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW, berkata: “Semua amal anak adam berlipat ganda (pahalanya), setiap kebaikan 10 x lipat hingga 700 x lipat. Firman Allah kecuali puasa, maka hanya aku sendiri yang membalasanya karena ia meninggalkan syahwat dan minum-minumannya semata-mata untuk-Ku”.

 

Jamah Tarwih yang berbahagia …
Disamping itu, bulan Ramadhan yang sangat agung (Syahrun ‘azhom) ini, selayaknya menjadi saat-saat paling pas bagi kita untuk berfikir dan merenung kembali lebih dalam, terhadap berbagai aktifitas yang telah kita lakukan. Ramadhan adalah bulan untuk saling tolong-menolong. Pada bulan ini kita sangat dianjurkan untuk engulurkan tangan kepada kepada golongan yang mengalami krisis ekonomi, mereka yang fakir miskin, yatim piatu, ibnu sabil dan orang-orang yang mengalami kesusahan. Pada bulan suci ini sikap kepedulian sosial kita diuji serta disadarkan bahwa didalam harta kita terdapat hak bagi golongan ekonomi lemah. Bulan ramadhan dikatakan pula sebagai bulan kesabaran (syahru al-shabri). Dalam berpuasa di bulan ramadhan, kaum muslimin berlatih untuk bersabar untuk menahan penderitaan dengan tidak menikmati sebagian perkara yang diperbolehkan.
Jamaah Tarwih yang dirahmati oleh Allah SWT …
Dan apa-apa yang telah dikemukakan terdahulu, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Bahwa Bulan Ramadhan telah dipilih oleh Allah untuk saat turun permulaan Al-Qur’an, terjadi perang badar al-Kubra dan untuk menunaikan ubadah shiyam;
  2. Bulan Ramadhan adalah bulan yang diharapkan kaum muslimin lebih mengintensifkan aktifitas-aktifitas ibadah di dalamnya, sperti shalat lail, tadarrus Al-Qur’an, berinfaq, beri’tikaf dan amal kebaikan lainnya sebab beramal ibadah di dalamnya, dilipat-gandakan pahalanya;
  3. Ibadah shiyam yang dilaksanakan karena iman dan mengharapkan pahala, maka pahalanya akan diserahkan langsung oleh Allah SWT kepada yang bersangkutan.[cp]

 

http://www.ceramahpidato.com/ceramah-ramadhan-hari-ke-2-fadhilah-ramadhan.html

 

 

 

Ceramah Ramadhan Hari Ke-3: Fadhilah Shalat Lail

Monday, May 1st, 2017 – Ceramah Ramadhan

Advertisement

Ceramah Ramadhan Hari Ke-3: Fadhilah Shalat Lail Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan share artikel mengenai teks ceramah ramadhan 1438 H/2017 M hari ke tiga. Judulnya adalah Fadhillah Shalat lail, simaklah:

Berbicara tentang fadhillah shalat lail, terlebih dahulu kita berbicara tentang macam-macam shalat lail dan dasar – dasar perintah untuk itu. Shalat lail adalah shalat sunat yang dilakukan diwaktu malam sesudah shalat Isya dan seterusnya pada perkiraan sepertiga, atau seperdua, atau sepertiga di akhir malam. Sesuai dengan firman Allah SWT. Dalam surah al-Muzammil (73): 20, berbunyi:

Yang Artinya:

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri shalat (lail) kurang dari 2/3 malam atau ½ malam atau 1/3-nya”.

Waktu-waktu itu dapat kita gunakan sesuai dengan kemampuan dan kesediaan kita. Ada yang mampu berjaga tidak tidur sampai waktu shalat itu. Ada yang tidur kemudian bangun shalat pada pertengahannya ada pada sepertiga akhir malam. Shalat malam yang kita lakukan dalam bulan suci Ramadhan ini juga shalat malam yang diberi nama shalat tarwih yang diakhiri dengan shalat witir sebagai penutup shalat malam (lail).

Pada ayat yang lain Allah berfirman dalam surat al-Sajadah (32):16, berbunyi:

Yang Artinya:

“Mereka itu meninggalkan tempat tidurnya – mereka tidak tidur karena menunggu waktu untuk melaksanakan shalat lail, sedang mereka menyerah kepada Tuhannya dengan perasaan takut dan penuh harapan. Dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepadanya”.

Dalam ayat lain surah al-Furqan (25):64, berbunyi:

Yang Artinya:

“Hamba-hamba yang berbakti itu diwaktu malamnya suka sekali menyembah Tuhannya dengan bersujud dan berdiri”.

Dalam keheningan malam mereka merasakan nikmat dan syahdunya menghadapkan diri bermunajat kepada Tuhan Rabbul Alamin.

Dalam surah adz-Dzariyat (51): 17, 18, 19, berbunyi:

Yang Artinya:

“Orang-orang yang bertaqwa itu sedikit sekali tidurnya diwaktu malam. Diwaktu menjelang fajar pagi (sahur), mereka itu berdoa memohonkan pengampunan dan dari sebahagian hartanya diberikan kepada orang yang meminta dan yang kekurangan”.

Maksid ayat bahwa selain mereka taat mendirikan shalat (lail) diwaktu malam dia juga mengeluarkan sebahagian hartanya kepada yang berhak (mustahak).

Bermacam-macam pengalaman dan kisah terhadap ahli shalat (lail). Nabi Muhammad SAW. Berdiri shalat tiap malam dengan bacaan-bacaan surah terpanjang, sehingga kaki beliau membengkak. Beliau ditegur oleh sahabat dan Saidat Aisyah sendiri, berkata: wahai Rasul bukankah engkau telah mendapat pengampunan segala dosamu dan orang yang dikasihani dan pasti ahli surga, kenapa engkau tidak mengetahui bahwa dengan shalatku yang seperti ini adalah saya menyatakan kesyukuranku pada nikmat-nikmat Allah yang telah dikaruniakannya kepadaku. Para sahabat mengikuti amalan-amalan Rasul tersebut. Bukankah Tuhan Allah SWT. Telah menyatakan dalam firmannya pada surah Ibrahim (14):7, berbunyi:

Yang Artinya:

Jika engkau mensyukuri nikmat pemberianku maka akan kutambah nikmat itu namun jika kamu mengingkari; maka siksaku amat pedih.

Ali Bin Biker berkata:

“selama 40 tahun tidak ada satupun yang menyusahkan hatiku selain menyingsingnya fajar diwaktu pagi”. Fudail bin Iyyad berkata: “Jikalau matahari sudah terbenam, maka saya pun bergembira sebab dapat berhalwat dengan Tuhanku. Tetapi apabila matahari terbit, maka sedihlah hatiku sebab saya akan berhadapan dengan orang banyak”.

Abu Sulaiman berkata:

“Ahli bangun malam diwaktu malamnya dapat merasakan kelezatan beribadah lebih dari semua kelezatan hidangan pesta disiang hari; andaikata tidak ada malam, maka rasanya saya tidak ingin menetap didunia ini”.

Sebahagian ulama mengatakan:

“di dunia ini tidak ada satu waktupun yang menyerupai kenikmatan ahli surga, melainkan apa yang dirasakan oleh ahli yang mencintai waktu malam sebab dapat mengenyampingkan manisnya bermunajat dengan Tuhannya.”

Demikian kisah yang termuat dalam kitab “Mauzatul Mukminin”, ikhtisar Ihya Ulumuddin karangan Iman Al – Ghazali.

Mengenai Fadhilah atau keutamaan shalat Lail: rasul SAW bersabda dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Muslim dari abu hurairah yang berbunyi:

“Semulia-mulia shalat sesudah lima waktu ialah Shalat lail”.

Hadis yang diriwayatkan oleh Adam bin Abu Iyas, Nabi Bersabda:

Dua rakaat yang dilakukan oleh seorang hamba di tengah malam itu adalah lebih baik baginya dari dunia ini serta lainnya”.

Selanjutnya Nabi Bersabda:

“Sesungguhnya dari sebahagian waktu malam itu ada suatu saat yang tiada menyamai kebaikannya bagi seorang muslim untuk memohonkan dikabulkannya, demikian itu ada pada setiap malam”. (HR. Muslim).

Didalam hadis lainnya dinyatakan:

“Hendaklah kamu sekalian menetapi shalat malam, sebab yang demikian itu adalah prilaku orang-orang yang shaleh sebelumnya”. (HR. Muslim).

Shalat malam yang khusus dinamai dengan shalat Tahajjud, Allah SWT Berfirman dalam surah Bani Israil (17): 79, berbunyi:

“Dan pada sebagian malam dirikanlah shalat Tahajjud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Allah mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”.

Dan surah al-Muzzammil (73): 6, berbunyi:

Yang Artinya:

“Sesungguhnya bangun diwaktu malam adalah lebih tepat, (untuk khusyuk dan bacaan itu lebih berkesan)”.

Maksud ayat bahwa di malam hari ibadah-ibadah yang dilakukan dapat lebih khusyuk dan bacaan ayat-ayat lebih mantap dibanding dengan siang hari.

Dalam Hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

“Pada waktu 1/3 malam Allah SWT berfirman: Siapakah dari hambaku berdoa pada malam ini; maka akan kukabulkan permohonannya, siapa yang meminta sesuatu akan kuberikan permintaannya, siapa yang memohon ampun akan kuampuni dia”.

Pernah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang perlu diikuti oleh ummatnya yang dalam al-Qur’an Surah Al-Muzzammil (73): 1-5, berbunyi:

Yang artinya:

Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah untuk sembahyang di malam hari seperdua malam atau sepertiganya… atau kurang dari itu dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan, Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat”.

Maksud ayat bahwa Allah SWT akan menurunkan wahyunya yang penuh dengan perintah yang dipatuhi dan larangan-larangan yang harus di tinggalkan.

Fadhilah shalat Lail sangat luar biasa apalagi yang bertepatan dengan lailatul Jum’at. Dan pada tiap malam ada shalat lail khusus sesuai dengan penjelasan kitab Zinatul Asrar dan menganjurkan kepada kita agar dalam permohonan kita tersebut disesuaikan dengan perintah Allah SWT:

“Jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu”.

Kita shalat disertai kesabaran dalam bermohon kehadirat Allah SWT. Demikian, Wa Allah a’lam bi al-shawab.[cp]

http://www.ceramahpidato.com/ceramah-ramadhan-hari-ke-3-fadhilah-shalat-lail.html

Ceramah Ramadhan Hari Ke-5: Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid

Ceramah Ramadhan Hari Ke-5: Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan share artikel mengenai teks ceramah ramadhan 1438 H/2017 M hari ke tiga. Judulnya adalah Optimalisasi peran dan fungsi Masjid, simaklah:

Ada seorang Gubernur yang sangat prihatin melihat masjid yang belum berfungsi optimal di wilayahnya. Ia mengatakan bahwa ummat Islam telah melanggar perintah Tuhan secara tidak disengaja, yaitu melakukan perbuatan mubazzir dengan tidak memfungsikan masjid secara optimal. Ia melihat masjid hanya digunakan lima kali sehari semalam atau kira-kira hanya satu jam dalam 24 jam. Itu pun terbatas sebagai fungsi ibadah. Selebihnya ditutup, artinya ummat telah mubazir 23 jam dengan ruangan luas tidak dimanfaatkan. Karena itu ia menganjurkan agar ruangan masjid yang luas itu difungsikan secara optimal, baik fungsi ibadah ataupun fungsi kebudayaan, seperti pendidikan, pengajian, diskusi, ruangan bacaan atau perpustakaan dan sebagainya. Dengan latar belakang itulah sehingga dibangunlah SMP Islam di Masjid Raya Wilayahnya sebagai lembaga pendidikan yang berlokasi di Masjid.

Fungsi utama masjid adalah beribadah. Lima kali sehari semalam ummat Islam dianjurkan mengunjungi masjid untuk melaksanakan shalat lima waktu. Masjid merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah; azan, qaamat, takbir, tahmid, tasbih, tahlil, istigfar, dan zikir lainnya dianjurkan di baca dalam masjid. Jadi, tepat jika masjid disebut Baitullah artinya rumah Allah yang didalamnya selalu bergema lafadz Allah, sebagai tersebut dalam QS al-Hajj 22:44, berbunyi:

Yang artinya:

…dan masjid-masjid yang didalamnya banyak disebut nama Allah.

Fungsi kedua masjid adalah pembinaan umat atau fungsi kebudayaan, yaitu:

1.Pembinaan Ukhuwah atau persaudaraan

Pada hakekatnya masjid adalah umat. Siapapun bisa masuk kedalam masjid, asal ia muslim; tanpa memandang perbedaan latar belakang paham keagamaan dan mazhab. Perbedaan demikian tidak menjadi halangan untuk menjalin rasa persaudaraan. Ketika mendirikan masjid hendaknya menjadi pertimbangan utama latar belakang jamaah datang dari berbagai paham keagamaan. Seorang individu atau organisasi bisa saja mendirikan sebuah masjid tetapi setelah masjid itu difungsikan, maka berarti sudah menjadi milik jamaah. Masjid haruslah bersifat inklusif bagi umat Islam. Persaudaraan adalah merupakan hal yang prinsip dalam islam, sehingga kita bisa memahami kebijakan seorang ulama ketika hendak menfungsikan Masjid beliau berusaha menghindari hal-hal yang bersifat furuiyyah dan mengutamakan masalah ukhuwwah.

2.Pembinaan Pendidikan

Fungsi masjid yang perlu mendapat perhatian adalah fungsi pendidikan. Para pemuda dan remaja yang tergabung dalam Ikatan remaja Masjid sedang mengembangkan TPA-TPA (Taman Pendidikan AlQuran). Alhamdulillah lembaga ini sudah memperlihatkan hasil yang patut dibanggakan. Bahkan sebagian pengamat sosial berepndapat bahwa kontribusi yang paling besar kepada pembangunan bangsa setelah kemerdekaan adalah pembebasan buta huruf Alquran melalui TPA. Lembaga TPA digerakkan oleh remaja masjid yang umumnya dilaksanakan di dalam Masjid. Pendidikan TPA ini perlu dipikirkan pengembangannya dengan membangun SD dan SMP bagi masjid yang memungkinkan. Sehingga optimalisasi peran dan fungsi masjid sebagai lembaga pendidikan dapat berlangsung dengan baik.

3.Pembinaan Ekonomi Umat

Krisis ekonomi yang kadang datang melanda bangsa ini berdampak kepada tidak stabilnya ekonomi umat. Karena itu masjid sebagai pusat pembinaan ummat perlu diberikan fungsi baru, yaitu tempat pemberdayaan ekonomi umat. Salah satu diantaranya dengan merancang bangunan masjid sama dengan masjid Al Markaz Al islami Makassar dengan menjadikan pekarangannya sebagai pasar Jumatan. Terdapat keuntungan ganda yang diperoleh dari pasar Juamatan itu dilihat dari segi dakwah. Pertama: pajak keuntungan yang diperoleh dari pasar itu dapat digunakan untuk memakmurkan masjid. Kedua, para pedagang yang berjualan dipasar jumatan itu, jika biasanya mereka malas melaksanakan shalat, dengan sendirinya ia akan menyesuaikan diri untuk ikut berjamaah.

Kegiatan kemasyarakatan lain yang perlu dipikirkan adalah di masa depan adalah bangunan masjid yang memiliki aula. Hal itu juga memiliki keuntungan ganda, yaitu keuntungan untuk pendanaan masjid yang sekaligus menjadi keuntungan dari segi pengembangan dakwah Islam, sebab pengunaan aula dalam masjid akan menyesuaikan diri kepada kesucian masjid.

Peran dan fungsi masjid tersebut, sudah tentu dapat dikembangkan lebih jauh. Sebab seperti diketahui bahwa pada zaman Rasulullah SAW masjid satu-satunya menjadi pusat aktivitas umat. Masjid ketika itu menjadi pusat ilmu pengetahuan dan pemerintahan, pusat dakwah dan penyiaran Islam, pusat pelatihan dan penyusunan strategi perang, dan aktivitas kebudayaan lainnya. Semoga artikel ini memberikan manfaat dalam rangka optimalisasi peran dan fungsi masjid.

http://www.ceramahpidato.com/optimalisasi-peran-dan-fungsi-masjid.html


 

Ceramah Ramadhan Hari Ke-6: Kepemimpinan Nabi Muhammad

Ceramah Ramadhan Hari Ke-6: Kepemimpinan Nabi Muhammad Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan share artikel mengenai teks ceramah ramadhan 1438 H/2017 M hari ke tiga. Judulnya adalah Kepemimpinan Nabi Muhammad, simaklah:

Adalah Muhammad SAW sosok manusia yang memiliki sejarah paling sukses dalam menjalankan amanah yang diberikan kepadanya dan paling besar pengaruhnya bagi ummat manusia. Sukses dan pengaruh Muhammad bagi dunia sampai dewasa ini dapat dilihat dari agama islam yang dibawanya. Ciri kesuksesan yang diperlihatkan oleh agama yang dibawahnya itu adalah pertama: agama ini terus berkembang baik segi kualitas maupun kuantitas, kedua: ia menjagkau semua bangsa di berbagai belahan bumi, dan ketiga: ia menjadi sistem bukan saja sebagai sistem ritual tetapi menjadi sistem bermasyarakat dan berbangsa. Tidak semua agama memiliki keadaan kondisi seperti dewasa ini. Ada agama besar dunia yang tidak menjangkau semua bangsa; dan juga ada agama yang sekarang penganutnya sudah tidak bertambah bahkan semakin berkurang, bahkan ada agama yang dulu tergolong agama besar, sekarang tinggal kenangan sejarah.

Tumbuh dan berkembangnya agama Islam seperti ini, tentu saja selain karena keluhuran pesan kandungannya juga karena sosok pembawanya yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan agama ini kepada manusia sehingga dapat diyakini dan diterima serta diteruskan dari generasi ke generasi.

Muhammad lahir sekitar 14 abad yang lalu, tepatnya 751 masehi. Dan meninggal pada tahun dengan usia sedang sedang saja (63 tahun) dibanding usia rata-rata manusia, bahkan relatif singkat dibanding dengan usia nabi-nabi terdahulu, bandingkan usia nabi Adam 930 tahun, Nuh 950 tahun, Ibrahim 175 tahun. Meskipun masa hidupnya hanya 63 tahun, dan mengemban dakwahnya hanya 23 tahun, namun beliau dapat menyaksikan sendiri keberhasilannya sebelum dia meninggal dunia, yaitu:

  • berhasil mengubah pahan paganisme yang kental dimiliki oleh masyarakatnya menjadi monoteisme, menyembah Allah Yang Satu.
  • berhasil membangun satu kesatuan masyarakat dalam satu negara yang tadinya memiliki cara hidup bersuku-suku yang antara satu dengan lainnya selalu terjadi permusuhan.
  • berhasil mengubah pola pikir masyarakatnya dan masyarat yang tertinggal menjadi masyarakat maju, sehingga dapat berpacu dengan kemajuan yang dicapai oleh masyarakat non arab pada saat itu.

Atas sukses yang dicapainya dan pengaruhnya yang sangat besar dalam kehidupan umat manusia dalam perjalanan sejarah, maka para pakar sosiologi dan sejarawan, baik muslim maupun non muslim – selama menggunakan – referensi yang valid dan analisa yang objektif pasti akan mengakui sukses dan pengaruhnya itu. Tentu saja keberhasilan Muhammad itu, selain karena beliau memiliki akhlakul karimah yang patut dicontoh dan diteladani, juga faktor kepemimpinannya yang simpatik sehingga orang-orang yang menggunakan nalar rasional pasti akan tertarik mengikuti dakwahnya. Ceramah singkat ini Akan mencoba menguraikan beberapa ciri kepemimpinan Muhammad SAW yang simpatik itu. Ciri ciri tersebut antara lain:

Kejujuran

Nabi Muhammad menjadikan kejujuran sebagai tonggak utama ciri kepemimpinannya. Dalam salah satu hadisnya, beliau mengatakan: kejujuran itu baik akan tetapi paling baik kejujuran bila dimilki oleh pemimpin. Karena kejujuran itu maka beliau digelar al-Amin yang artinya Sang Jujur. Beliau Jujur membuka kesalahannya kepada ummatnya ketika beliau mendapat teguran dari Allah seperti yang terdapat dalam Alquran surah Abasa.

Dalam surat itu dikemukakan bahwa ketika nabi Muhammad berbicara dihadapan pemuka Quraisy Mekah lalu didatangi oleh seorang orang buta yang bernama Abdullah ibn Maktum, Muhammad ketika itu bermuka masam seraya memalingkan mukanya dari Ibn Maktum itu. sikap Muhammad itu ditegur oleh Allah dan dengan jujur teguran itu dibuka kepada kita semua. Kita memperoleh pelajaran dari kejujuran Muhammad itu, bahwa seorang pemimpin janganlah takut dikritik dan jangan segan-segan mengakui kekhilafan dan kesalahannya bila benar-benar bersalah dan keliru.

Dengan kejujuran NAbi Muhammad pula sehingga ia tidak segan-segan menghukum orang yang bersalah meskipun anggota keluarganya dengan dilandasi sikap yang bijak dan simpatik. Ketika ia dihadapkan pada satu isu yang melibatkan istri yang dicintainya, Aisyah, ia bersedia menceraikannya bila benar-benar Aisyah bersalah. Tetapi Aisyah ternyata tidak bersalah, hanya menjadi korban isu dari orang lain, maka beliau tidak menceraikan istrinya.

Sebagai komitmen kejujurannya untuk menegakkan hokum, maka Nabi SAW bersabda:

Sekiranya Fatimah mencuri, maka ia pun aku potong tangannya.

Seperti kita ketahui, Fatimah adalah puteri kesayangan Beliau. Dengan komitmen kejujuran pula, maka beliau tida meninggalkan harta yang bertumpuk ketika ia meninggal dunia kecuali uang 7 dinar dan pakaian yang melekat di badannya. Ia dapat menjadi kaya raya sekiranya mau berlaku tidak jujur untuk menyerahkan harta rampasan yang bertumpuk kepada orang yang berhak memilikinya. Tetapi karena jujur, maka harta yang bertumpuk semuanya dibagi-bagikan kepada pemiliknya. Kejujuran seperti ini yang harus dimiliki oleh pemimpin dewasa ini, kejujuran untuk tidak mengambil sesuatu jika bukan haknya. Perilaku jujur Muhammad ini menjadi salah satu daya tarik sehingga beliau sukses dalam kepemimpinannya.

Toleran

Gaya Toleran adalah menjadi gaya kepemimpinan Muhammad SAW karena toleransinya, maka ia mendapatkan simpatik bak terhadap pengikutnya ditunjukkan ketika ia menerima aduan dua sahabatnya (ia memanggil pengikutnya dengan istilah sahabat demikian toleransinya) yang kembali dari perjalanan. Keduanya melaporkan bahwa saat waktu shalat masuk dan tidak ada air, keduanya melakukan tayammum lalu melaksanakan shalat. Tetapi waktu shalat yang bersangkutan belum selesai , tiba-tiba keduanya menemukan air. Sikap keduanya berbeda, yang satu tidak melakukan shalat lagi, karena sudah merasa memadai dengan shalat tadi, tetapi satunya menggunakan air untuk wudlu dan mengulangi shalatnya, setelah dilaporkan kepada Nabi Muhammad SAW beliau tidak menyalahkan satu diantara keduanya. Beliau mengatakan kepada yang tidak mengulangi shalatnya, “engkau benar dan telah melaksanakan sunnah”. Dan kepada yang mengulangi shalatnya beliau mengatakan: “engkau tidak salah dan bagimu dua pahala”.

Toleransi yang tinggi membuatnya selalu menerima pandangan sahabatnya bila menetapkan sesuatu dalam urusan sosial kemasyarakatan. Dan bilamana ia bermusyawarah ia dengan terbuka selalu menerima pandangan dan pendapat lawan musyawarahnya selama saran itu tidak merusak sendi-sendi aqidah dan kehidupan sosial kemasyarakatan. Suatu ketika saat ia menempatan pasukan muslim dalam menghadapi musuhnya di Badar, lalu bertanya seorang sahabatnya yang bernama Hubab bin Munzir tentang mengapa Rasulullah memilih tempat itu, menurut Hubab tempat itu tidak strategis Hubab selanjutnya menyarankan pindah ke tempat yang lain. Kemudian beliau menerima saran tersebut dan memiondahkan pasukannya ketempat yang disarankan Hubab itu.

Pada perjanjian di Hudaibiah yang dilakukan antara Nabi Muhammad dan shabat-sahabatnya dengan utusan Quraisy. Pihak Quraisy melarang umat Islam meneruskan perjalanannya masuk ke kota Mekah untuk melakukan ibadah umrah. Dengan semangat toleransi yang sangat tinggi, Nabi menerima usl mereka untuk menunda perjalanannya sampai tahun berikutnya. Dalam perjanjian tersebut juga, beliau rela menerima usul utusan Quraisu untuk mencantumkan dalam teks perjanjian kata kata “Muhammad Rasulullah” tetapi cukup dengan “Muhammad Ibn Abdullah”.

Sikap toleransi Nabi diperlihatkan pula ketika beliau bernegosiasi dengan tamunya dari Thaif yang mau menerima islam dengan syarat yang diajukan kepadanya. Dalam negosiasi tersebut, Nabi menolak sebagian permintaan mereka, yaitu: 1. Mereka tetap mau melakukan perzinahan; 2. Mereka masih ingin praktek riba tetap dijalankan, 3. Mereka tetap ingin mengkonsumsi minuman keras. Sementara permintaan mereka ditolerir oleh Nabi untuk sementara waktu adalah: mereka tidak ingin meninggalkan tradisi sesembahan berhala Al-Lata selama 3 tahun; mereka ingin bebas dari pembayaran Zakat; dan mereka tidak ingin ikut berjihad.

Sikap toleransi nabi juga ditunjukkan saat ia didatangi tamu yang beragama Kristen dari najra, lalu Nabi bersama sahabatnya menyambut mereka di Masjid Nabawi. Ketika ibadah ritual mereka tiba, nabi mengizinkan mereka melaksanakannya di Masjid. Beliau berkata kepda mereka: lakukanlah ritual kalian dalam masjid ini, tempat ini adalah tempat ibadah kepada Allah. Praktek toleransi yang dierlihatkan oleh Nabi dinyatakan dalam ungkapan: Aku diutus dengan sifat penyantun dan toleransi.

Pemaaf

Sejalan dengan sifat toleransi yang tinggi baik kepada kawan maupun kepada lawan, sifak yang menonjol dari pribadi Nabi SAW adalah sifat pemaaf. Dari ajaran-ajarannya, baik yang tercantum di dalam Quran maupun di Al Hadis, sejumlah anjuran bahkan perintah untuk memberi maaf, bukan minta maaf. Hal itu menunjukkan betapa mulia kedudukan orang pemaaf dalam islam. Salah satu faktor keberhasilan Nabi dalam menjalankan risalahnya adalah sifat pemaaf itu.

Pernah suatu ketika, saat nabi sedang beristirahat di bawah sebatang pohon, tiba-tiba didatangi oleh Da’tsur dengan pedang terhunus dan akan membunuh beliau. Entah kenapa pedang itu jatuh dan diambil alih oleh Nabi. Seketika itu kesempatan bagi Nabi SAW untuk membunuh Da’Tsur, tetapi tidak dilakukannya dan bahkan beliau memaafkannya. Da’tsur kemudian kembali ke sukunya dan mendakwahkan Islam.

Jiwa pemaaf yang paling tinggi diperlihatkan nabi Muhammad pada saat Fath al-Makkah (penaklukan kota Mekah). Ketika itu dia tampil sebagai pemenang yang dapat melakukan pembalasan terhadap penduduk mekah yang pernah mengusir Beliau dari kampung halamannya; menyakitinya dan merampas hak miliknya dahulu. Lalu hijrah ke Madinah bersama pengikut-pengikutnya. Namun, semuanya itu dilupakan Nabi dan tidak melakukan pembalasan. Tetapi beliau memberikan amnesti (pengampunan) secara menyeluruh kepada orang-orang yang pernah berbuat salah kepadanya. Karena sifat pemaaf itu, maka mereka dengan kesadaran mengikuti kepemimpinannya dan menganut agama Allah yang didakwahkannya. Allah SWT berfirman dalam QS al Nashr 1-3:

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu liat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbilah dengan memuji Tuhanmu dan memohonlah ampun kepada-nya sesungguhnya ia adalah mahpenerima taubat.’’

Dengan demikian, jujur dan tolerans yang disertai dengan sifat pemaaf merupakan ciri pemimpin Nabi Muhammad saw. Yang patut dicontoh oleh umatnya terutama yang mendapat amanah menjadi pemimpin, baik formal maupun non formal. Wallah al-muwafiq ila aqwam al-thariq.[cp]

http://www.ceramahpidato.com/kepemimpinan-nabi-muhammad.html

 

 

 

Ceramah Ramadhan Hari Ke-21: Kewajiban Berpuasa

Ceramah Ramadhan Hari Ke-21: Kewajiban Berpuasa – Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini Ceramah Pidato akan berbagi artikel mengenai Ceramah Puasa 2017 atau Ceramah Ramadhan 1438 H, judulnya adalah Keutumaan Ibadah Haji, simaklah.

PUASA

Puasa adalah menahan lapar mulai dari terbitnya fajar di sebelah timur sampai terbenamnya matahari disebalah barat. Yang mana ketika kita berpuasa, kita dilatih untuk menahan nafsu, menahan lapar dan menahan haus.

Puasa merupakan salah satu yang termasuk dalam rukun islam, yaitu rukun islam yang ke – 4. Pastinya kita semua sudah pada mengetahui rukun – rukun islam. Hanya sekedar mengingat kembali, Rukun islam yang ke

  1. Mengucapkan dua kalimat sahadat
  2. Mengerjakan shalat
  3. Membayar zakat
  4. Mengerjakan puasa,
  5. Naik haji bagi yang mampu.

Rukun islam merupakan kewajiban bagi seluruh umat islam dipenjuru dunia. Kewajiban berarti segala sesuatu yang harus atau mesti dikerjakan atau dilaksanakan. Maka dari itu kita sebagai umat muslim wajib berpuasa. Berdasarkan keterangan yang sangat jelas dari Al-Qur’an dan Sunnah. Bahkan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menerangkan salah satu dari rukun Islam yang 5. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukannya yang mulia dan agung dalam Islam. Karenanya semua orang muslim wajib memperhatikan dan menjaganya dengan seksama agar sempurna bangunan di dalam dirinya.

Apabila ada seorang yang mengaku muslim namun meninggalkan puasa karena ia mengingkarinya, maka dia termasuk orang – orang yang kufur. Sedangkan bagiorang – orang yang tidak mengerjakan puasa karena malas atau lalai “tetap meyakini bahwa hukumnya wajib”, maka ia telah melakukan dosa yang besar dan kebinasaan karena tidak melaksanakan salah satu rukun Islam dan kewajiban yang penting.

Adapun konsekuensi berdasarkan hukum fiqihnya, para ulama – ulama memiliki pendapat yang berbeda – beda. Sebagiannya berpendapat, bahwa bagi orang yang telah berbuka “tidak berpuasa” satu hari saja dari bulan Ramadhan maka wajib mengqadla puasanya sebanyak 12 hari. Ada juga yang pendapat bahwa mereka wajib berpuasa qadla selama satu bulan. Pendapat lainnya, mengatakan bahwa seseorang itu harus berpuasa selama 3000 hari dan ini merupakan pendapat al-Nakhai, Waqi’ bin al-Jarrah,. Namun ada dua pendapat yang paling masyhur dalam masalah ini dan memiliki landasan argumen yang kuat, yaitu: wajib mengqadla tanpa kafarah dan cukup bertaubat tanpa harus qadla.

Pendapat Pertama: Wajib qadla saja

Pendapat ini merupakan pendapat yang sangat umum di kalangan para ulama, yaitu wajib mengqadla bagi orang yang sengaja berbuka (tidak berpuasa) pada bulan Ramadlan, yaitu dengan berpuasa sesuai jumlah hari yang dia rusak.

Pendapat Kedua: Tidak wajib mengqadla, dan hanya bertaubat dengan sebenar – benarnya “bersungguh – sungguh”

Menurut pendapat kedua ini, tidak cukup dengan qadla walaupun dia berpuasa setahun penuh. Sebabnya, karena dia sengaja merusak puasanya tanpa udzur syar’i. Maka tidak mencukupi hari untuk menggantikan hari yang dia rusak tersebut, karena qadla disyariatkan bagi orang yang memiliki udzur (berhalangan).

Allah Ta’ala berfirman yang maknanya :

“Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 184)

Maka barang siapa yang merusak puasa di bulan ramadhan tanpa ada udzur syar’i lalu mengganti puasanya itu di hari – hari yang lain, berarti telah membuat aturan baru dalam agama Allah yang tidak diizinkan oleh-Nya.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda yang maknanya “Siapa yang mengada-adakan hal baru dalam urusan kami ini (Islam) yang bukan berasal darinya, maka akan tertolak.” (HR. Bukhari dari Aisyah radliyallahu ‘anha)

Adapun firman Allah swt tentang puasa yang maknanya :

“Hai orang – orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang – orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”

(Q.S. Al-Baqarah : 183)

Dari arti firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Baqarah : 183, telah jelas bahwa puasa itu telah diwajibkan dan diperintahkan kepada orang – orang sebelum kita. Yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Allah SWT.

 

Pasti kita bertanya – Tanya, apa sebenarnya hikmah dari Puasa?

Berikut beberapa hikmah dari puasa

  1. Puasa dapat menyempitkan aliran darah dan juga makanan. Aliran yang sama yang digunakan oleh syaitan. Sehingga bisikan syaitan akan menjadi lemah.
  2. Puasa dapat melemahkan nafsu, hasrat berbuat maksiat dan keinginan berbuat jahat. Ini mengakibatkan roh menjadi suci.
  3. Puasa juga merupakan penyucian hati, pendidikan jiwa, pengendalian pandangan mata dan juga menjaga seluruh anggota tubuh dari pada perbutan dosa.
  4. Puasa dapat menyehatkan tubuh, kerana puasa mengosongkan perut dari berbagai bahan yang merusakkan. Puasa juga berfungsi membersihkan darah, menormalkan fungsi jantung, hati dan ginjal.
  5. Apabila seseorang itu berpuasa, dirinya akan merasa kerdil di hadapan Allah SWT, hatinya akan mudah tersentuh dan rasa tamak akan menipis. Nafsunya terkawal sehingga doanya dikabulkan kerana dia dekat dengan Allah SWT.

 

Mungkin diantara kita masih ada yang bingung, sebenarnya apa – apa saja yang dapat membatalkan ataupun yang dapat mengurangi pahala puasa, berikut akan saya sebutkan kembali tentang hal – hal yang dapat membatalkan ataupun yangdapat mengurangi pahala puasa :

  • Makan dan juga Minum yang dilakukan dengan sengaja
  • Merokok
  • Melakukan hubungan badan antara suami dan juga istri pada siang hari, Jima’ (berssenggema)
  • Keluarnya darah haid atau nifas bagi seorang perempuan
  • Menghirup obat untuk melegakan pernafasan
  • Menelan sisa – sisa makanan yang masih ada menempel di antara gigi-gigi meskipun hanya sedikit
  • Transfusi darah bagi orang yang berpuasa
  • Ghibah ( membicarakan aib kejelekan orang lain)
  • Namimah ( mengadu domba )
  • Mendo’akan hal – hal yang jelek terhadap orang lain dan juga mencaci-maki
  • Melakukan maksiat
  • Berbohong
  • Timbul syahwat kyang disebabkan memikirkan atau melihat hal-hal yang jorok ( mesum )

 

Saudara saudari yang muliakan oleh Allah SWT. kita telah mengetahui apa saja hukum bagi orang – orang yang tidak berpuasa dengan sengaja, yaitu mendapatkan dosa yang besar. Naudzubilahimindzalik. Oleh sebab itu, untuk kedepannya semoga puasa kita akan lebih baik lagi,. Dan semoga kita menjadi umat muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, amin yarobal alamin.[cp]

http://www.ceramahpidato.com/kewajiban-berpuasa.html

 

 

 

Ceramah Ramadhan Ke-30: Tuntunan Shalat Idul Fitri 2017

Ceramah Ramadhan Ke-30: Tuntunan Shalat Idul Fitri 2017 – Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan berbagi artikel mengenai Ceramah Puasa 2017 atau Ceramah Ramadhan 1438 H, judulnya adalah Tuntunan Shalat Idul Fitri 2017, simaklah.

Hukum salat ‘Idain adalah sunnah Muqqad karena Rasulullah senan tiasa melakukannya. Dan ada yang mengatakannya bahwa Shalat ‘Idain adalah fardhu Kifayah karena merupakan syiar Ialam. Waktunya adalah antara terbitnya matahari dan zawal (waktu zhuhur).

Tuntunan pelaksanannya :

Hendaklah memperbanyak membaca takbir pada malam ‘Idul fitri sejak terbenamnya matahari sampai esok harinya kkkeeetika shaalat akan dimulai. Dan pada saat shalat ‘Id al-Adha dimulai sesudah shalat subuh pada pagi hari Arafah sampai akhir hari Tasyri’.

Berdasarkan dalil berikut :‘’Beralasan hadis Ibnu Umar menyatakan Rasulullah saw. bersabda (tiada hari yang lebih besar bagi Allah dan tiada pada hari-hari itu yang lebih disukai oleh Allah dari pada hari-hari sepuluh itu). Oleh karenanya selama itu hendaklah kamu perbanyak membaca :’’La ilaha Illallah’’. Dan ‘’Allahu Akbar’’ serta ‘’Alhamdulullah’’. (HR. Ahmad)

Dan beralasan pula pada riwayat al-Baihaqi dan al-Daraqutni (yang menerangkan) :Bahwa Nabi saw. membaca takbir sesudah shalat shubuh pada hari Arafah sampai ‘’ashar hari Tasyri’ terakhir’’.

 

Diriwayatkan juga oleh al-Hakim dari jalan lain dari Qathur Ibnu Khalifah dari Abu Fadlal dari ‘Ali dan ‘Ammar. Al-Hakim berkata : riwayat tersebut shahih lagi dibenarkan oleh membaca takbir sesudah shalat shubuh pada hari Arafah sampai ‘’ashar hari Tasyri’ terakhir’’.Diriwayatkan juga oleh al-Hakim dari jalan lain dari Qathur Ibnu Khalifah dari Abu Fadlal dari ‘Ali dan ‘Ammar. Al-Hakim berkata : riwayat tersebut shahih lagi dibenarkan oleh perbuatan Umar dan Ali dan Ibnuperbuatan Umar dan Ali dan Ibnu Mas’ud.

Dengan membaca : Allahu Akbar, Allahu Akbar la Ilaha Illallah Wallahu Akbar Allahu Akbar Wa-Lillahi-Hamd. Atau bacaan sesamanya. Mengenai lafazh takbir, banyak ragamnya, tetapi keterangan yang paling shah menjelaskan soal ini berdasarkan riwayat Abdurrazaq dengan sanad yang shahih dari Salma, ia mengatakan :‘’Bacalah takbir : ‘’Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar wa Lillahi Hamd’’.

Sebelum berangkat Shalat ‘Id, mandilah terlebih dahulu dan pakailah pakaian yang tebagus yang dimiliki dan pakailah wangi-wangian.Makan sebelum berangkat untuk shalat ‘Id al-Fitri. Sedangkan untuk shalat ‘Id al-Adha sesudah kembali dari shalat ‘Id.’

Berangkatlah ketempat shalat ‘Id dengan berjalan kaki bilamana jarak dekat sambil membaca takbir dan pada waktu kembali gunakanlah jalan bukan yang di lalui pada waktu masuk.Hendaklah laki-laki dan perempuan tua muda mendatangi tempat shalat ‘Id, hingga putri remaja dan mereka yang haid serta gadis-gadis pingitan. Hanya saja bagi mereka yang haid hendaknya menepi dari tempat shalat, tidak turut shalat bersama orang banyak.

Salat ‘Idain dikerjakan dua rakaat berjama’ah di lapangan kecuali jika ada halangan. Berdasarkan hadis berikut :‘’Dari Abu Hurairah : bahwa mereka pernah kehujanan pada suatu hari raya, maka Nabi saw. memimpin mereka shalat hari raya di masjid’’. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).

Shalat ‘Idain dilakukan tanpa Adzan dan Qamat dan tidak ada Shalat Sunat baik sebelum maupun sesudahnya. Bagi imam hendaknya memasang pembatas di mukanya.

Sesudah Takbiratul Ihram hendaklah membaca takbir tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat ke dua, tidak termasuk takbir peralihan (takbir intqal). Bagi ma’mum cukup bila takbir Imam tidak kedengaran.

Setelah membaca surah Al-Fatihah pada rakaat pertama, hendaklah membaca surah ‘’al-A’la atau ‘’Qaaf’’. Dan setelah baca surah ‘’alFatihah pada rakaat kedua, hendaklah membaca surah ‘’al-Ghasyiyah’’ atau ‘’Iqtarabatisaah’’ jika sebagai imam. Bagi ma’mun cukup membaca fatiha saja tanpa di dengar sesama jama’ah.

Sesudah shalat ‘Id hendaklah imam (khalib) berkhotbah. Khutbah pada shalat ‘Id ada yang melakukan seperti khutbah jum’at dan diawali dengan sembilan kali takbir dan ada yang melakukan satu khotbah tanpa duduk ddi antaranya dan mengawali dengan tahmid (alhamdulullah) seperti pada khutbah-khutbah yang lain. Yang mu’tanad ialah bahwa Nabi saw. berkhutbaah pada shalat ‘Id dengan satu khutbah berdasar hadis berikut :‘’Dari Abi Sa’id, katanya : pada hari raya Fithrah dan Adha Rasulullah saw. kalu pergi ke tempat shalat maka pertama beliau kerjakan adalah shalat, kemudian apabila telah selesai beliau bangkit menhadap orang banyak katika mereka masih duduk pada shf-shaf mereka. Lalu beliau memberikan peringatan dan wejangan kepada mereka dan mengumumkan perintah-perintah pada mereka, dan jika beliau hendak memberangkatan angkatan atau mengumumkan tentang sesuatu beliau laksanakan kemudian pulang’’. (HR. Bukhari dan Muslim).

‘’Dari Jabir bin Abdillah, katanya : pernah aku mengalami shalat hari raya bersama Rasulullah saw, lalu dimuali shalat sebelum khutbah tanpa adzan dan iqamah. Kemudian beliau bangkit bersandar pada bilal, lalu beliau menganjurkan orang tentang takwa kepada Allah dan menyuruh patuh kepada-Nya, dan menyampaikan nasehat serta peringatan kepada mereka. Lalu beliau mendaatangi para wanita dan menyampaikan dan peringatan kepada mereka.’’(HR. Muslim).

Jika hari ‘Id al-Adha seseorang berniat akan menyembelih hewan kurban. Hendaklah berusaha agar hewan qurban itu tidak cacat, sehat, tidak pece, tidak pincang, tidak kurus sakit-sakitan, tidak patah tanduknya atau cacat telinganya.Jika hewan kirban itu kambing atau biri-biri, hendaklah dipilih yang umurnya lebih dari satu tahun. Jika berupa sapi, hendaklah dipilih yang umumnya telah mencapai tahun ketiga.Bila hendak menyembeli hewan kurban, janganlah ia memotong rambut dan kuku sejak awal bulan Zulhijjah hingga kurban telah disembelih. Berdasarkan hadis Rasulullah saw. sebagai berikut;

‘’Dari Ummi Salamah, katanya : bahwasannya Rasulullah saw. pernah mengatakan : Apa bila kamu melihat hilal Zulhijjah pada hal ada di antara kamu yang berniat akan menyembelih kurban, maka hendaknya ia tidak memotong rambut dan kukunya.(riwayat jama’ah kecuali Bukhari).’’Penyembelihan dilakukan setelah shalat ‘Id al-Adha bukan sebelumnya sampai akhir hari Tasyri’ (10,11,12,13) Zulhijjah.berdasarkan hadis Nabi saw:

‘’Dari Jundab bin Sufyah yang menceritakan. Pernah aku mengalami hari raya Adha bersama Rasulullah saw, dan beliau selesai memimpin shalat. Orang banyak, beliau melihat seekor kambing yang telah disembelih, maka beliau menegur : barang siapa yang menyembelih sebelum shalat, hendaklah menyembelih kambing gantinya dan barang siapa yang belum menyembelih, hendaklah ia menyembeli dengan nama Allah.’’(H.R. Muslim).[cp]

http://www.ceramahpidato.com/tuntunan-shalat-idul-fitri.html

 

 

 

Manfaat dan Hikmah Puasa Bulan Ramadhan Secara Ilmiah

Manfaat dan Hikmah Puasa Bulan Ramadhan| Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, rahmat dan mustajadnya doa kita. Pada bulan ini wajib setiap umat Islam didunia berpuasa bagi yang telah memenuh syarat dalam berpuasa satu bulan penuh. Dengan berpuasa pada bulan Ramadhan kita akan mendapat pahala dan di tambah melakukan amal kebajikan dimana pada bulan Ramadhan setiap amal kebaikan dan pahala yang didapatkan akan dilipat gandakan pada Bulan Ramadhan, sungguh membuat umat Islam di dunia mengejar dan bersungguh-sungguh meraih dan mendapatkan pahala tersebut.

Selain dari itu, terdapat manfaat dan hikmah yang dalam segi Ilmiah telah dibuktikan kebenarannya. Banyak yang mengatakan bahwa dalam bulan Ramadhan akan membuat kesengsaraan bagi tubuh manusia, padahal anggapan salah, karena dalam berbagai penelitian yang dilakukan mengatakan bahwa berpuasa memiliki manfaat yang sangat besar bagi tubuh manusia apalagi berpuasa pada bulan Ramadhan. Terlebih lagi zaman ini terdapat banyak penyakit yang merajalela yang berasal dari gaya hidup tak sehat. Hal ini dapat diobati dengan berpuasa satu bulan penuh pada Bulan Ramadhan.

Dalam ilmu kesehatan, puasa sering dikaitkan sebagai proses detoksifikasi atau proses pengeluaran zat sisa atau racun yang berasal dari dalam tubuh. jika ini dilakukan satu bulan penuh pada bulan Ramadhan, banyangkan sudah berapa banyak racun yang keluar dari dalam tubuh kita ?… Untuk melihatnya, telah terangkum berbagai penyakit yang disembuhkan dalam berpuasa yang ada pada informasi mengenai Manfaat Puasa Bulan Ramadhan Secara Ilmiah antara lain sebagai berikut…

Manfaat Puasa Bulan Ramadhan Secara Ilmiah

  • Meningkatkan fungsi otak :  Di saat berpuasa, neutrotropik akan mengalami peningkatan yang diturunkan otak yang menghasilkan memproduksi sel otak pada tubuh yang lebih banyak dari biasanya. Banyak produksi sel otak bagi tubuh bermanfaat bagi kinerja otak yang semakin meningkat. Dimana bagi yang berpuasa, mengalami penurunan hormon kortisol yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, sehingga menurunkan tingkat stres yang akan dialami.
  • Menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh atau Mengurangi tingkat kegemukan: Secara ilmiah berpuasa berdampak bagi penurunan berat badan karena usus-usus dalam tubuh akan bersih dari sisa-sisa endapan makanan. Endapan makanan tersebut yang menjadi lemak perut. Sehubungan dengan hal ini, berpuasa juga dapat menurunkan kadar kolesterol jahat dalam darah yang bermanfaat dalam mengurangi resiko penyakit jantung stroke. Sehingga berpuasa dapat menurunkan tingkat kolesterol
  • Meningkatkan sistem kekebalan tubuh : Banyak yang tidak menyangka mengenai manfaat berpuasa yang dapat membuat sistem kekebalan tubuh meningkat. Dari hasil penelitian berpuasa meningkatkan Limfosit sampai 10 kali lipat dalam tubuh, hal ini tentu memberikan pengaruh yang bermanfaat besar terhadap sistem imunitas tubuh, sehingga berpuasa juga menghindarkan kita dari berbagai virus yang berasal dari makanan luar yang tidak baik.
  • Mencegah diabates dan kelebihan nutrisi lainnya :  Obesitas, hiperkolesterol, diabetes dan penyakit yang diakibatkan kelebihan nutrisi lainnya adalah akibat dari tubuh yang mengalami kelebihan akan kadar gula dan kolesterol. Hal ini tentu saja dapat ditanggulangi dan bahkan disembuhkan dengan berpuasa yang pada saat berpuasa konsumsi gula dan makanan berlemak dapat lebih terkontrol dan dikurangi yang menyebabkan adanya keseimbangan kadar gula dan kolesterol tersebut.
  • Membuat pola pikir menjadi lebih tajam : Terdapat manfaat unik dalam berpuasa berdasarkan ungkapan hasil penelitian bahwa pemikiran melambat, namun membuat pikiran bekerja lebih tajam. Dari apa yang dilihat masalah rasa lapar membuat memaksa seseorang untuk berpikir lebih tajam dan kreatif.
  • Membuat pikiran menjadi lebih tenang dan terhindar dari penyakit kronis : Kita ketahui bahwa berpuasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi berpuasa mewajibkan untuk menahan amarah. Hal ini tentu saja membawa pengaruh pada keadaan psikologis seseorang menjadi jauh lebih tenang dan bila dikaji secara ilmiah, dapat menurunkan kadar adrenalin dalam tubuh. Menurunnya adrenalin akan memberikan dampak yang bermanfaat dalam mencegah pembentukan kolesterol dan kontraksi empedu yang lebih baik dimana mengenai hal tersebut tentu saja mengurangi penyakit-penyakit yang sangat berbahaya seperti jantung kroner, stroke dan lain-lainnya.
  • Bermanfaat bagi kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah : Sakit jantung dapat ditanggulangi dengan berpuasa karena ketika sedang berpuasa terjadi peningkatan HDL dan penurunan LDL yang berdasarkan hasil penelitian “chronobiological” bahwa berpuasa merupakan hal yang dapat menyehatkan jantung dan pembuluh darah. 
  • Mengobati Penyakit Sendi/Encok : Berpuasa dengan teratur yaitu berpuasa pada bulan ramadhan akan meningkatkan sel penetral alami dalam tubuh yang membuat sakit encok lambat laun menuju kesembuhan. Dari meningkatnya sel penetral (pembasmi bakteri) dapat menyembuhkan atau mengurangi radangsendi penyebab encok.
  • Menyehatkan Ginjal : Ginjal merupakan penyaring zat apapun baik yang kita makan dan minum sehingga ketika kita berpuasa ginjal akan menjadi sehat dan membuat ginjal berfungsi secara maksimal ketika kekuatan osmosis urin mencapai 1000 sampai 12.000 ml osmosis/kg air, yang kekuatan osmosis tersebut dapat diraih dengan berpuasa.
  • Terhindar dari kebiasaan yang tidak menyehatkan : Berpuasa dapat menghindarkan kita dari kebiasaan buruk yang dapat merusak kesehatan seperti merokok atau mengkonsumsi makanan/cemilan yang tidak sehat. Sehingga selama berpuasa kita akan terhindar dari kebiasaan kita dan menjalani pola hidup teratur.
  • Mencegah penyakit diabetes : Penyakit diabetes dapat dicegah dengan berpuasa karen penyakit ini diakibatkan oleh kadar gula yang tinggi dalam tubuh, sehingga pada saat kita berpuasa asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh akan terkontrol.

Hikmah Puasa Bulan Ramadhan

  1. Meningkatkan ketakwaan :Berpuasa memberikan hikmah yang bermanfaat bagi kita dalam menjalakan ibadah puasa dengan sepenuh hati hal ini akan meningkatkan ketakwaan kita kepada sang pencipta.

Sebagaimana dalam firman Allah dalam Al-Qur’an : “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas mu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS. Al-Baqarah: 183).

  1. Meningkatkan rasa syukur atas segala nikmat Allah SWT :Dalam berpuasa pada bulan ramadhan, dianjurkan untuk setiap orang memiliki kelebihan dalam ekonomi diwjaibkan untuk bersedekah kepada orang-orang fakir pada bulan Ramadhan, seperti seakan engkau memberi orang yang tidak takut miskin. Maka jadilah orang yang mensyukuri nikmat Allah SWT.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Allah sungguh ridha pada hamba yang memakan makanan yang lalu memuji-Nya atas makan itu atau minum minuman lalu memuji-Nya atas minuman itu” (HR. Muslim).

  1. Orang yang berpuasa menyibukkan hatinya dengan pikir dan zikir :Dalam berpuasa tentu akan mendapati masalah mengenai lapar dan haus, namun hal ini dapat di lawan dengan selalu berpikir dan berzikir.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : Tidak ada wabah yang diisi penuh oleh Anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu suapan yang dapat menegakkan punggunya, jika dia tidak mampu, maka 1/3 untuk memakannya, 1/3 untuk minumnya dan 1/3 untuk nafasnya (HR. Ibnu Majah).

  1. Melatih Disiplin Waktu :Berpuasa tentu membuat kita lebih kreatif dalam mengatur waktu untuk tetap fit dan kuat , sehingga tubuh memelurkan waktu istirahat yang cukup, dan tidur teratur. Hal ini tentu saja akan membuat kita lebih disiplin mengenai waktu.
  2. Keseimbangan dalam hidup :Pada bulan puasa kita berlatih untuk mengingat dan melaksanakan seluruh kewajiban kita selama ini sebagai umat Muslim dengan imbalan pahala yang dilipat gandakan . Dari yang sebelumnya terdapat berbagai aktivitas duniawi dan lupa dengan akhirat.
  3. Lebih peduli dengan sesama dan mempererat silaturahmi :Dalam bulan ramadhan, setiap umat Islam kembali disadarkan akan pentingnya rasa kebersaamaan dan persaudaraan. Baik itu dengan  memberikan hal-hal yang memudahkan menjalani puasa seperti menu berbuka puasa atau hal lainnya.
  4. Berhati-hati dalam berbuat :Puasa Ramadhann tidak hanya menahan lapar dan haus, namun puasa ramadhan juga membuat kita lebih menjaga mata, telinga, perkataan dan perbuatan. Hal ini akan membuat kemajuan disaat sesudah bulan Ramadhan yang telah kita jalani dari yang dulunya suka berbohong, menggunjng, dan memandang yang menimbulkan dosa, kini dapat menghilangkan hal-hal tersebut dan dapat membuat serta menjaga diri dalam berbuat apapun.
  5. Melatih hidup sederhana :Ketika tiba waktu berbuka puasa yaitu hanya mengkonsumsi makanan dan minuman yang sedikit membuat kita telah merasakan kenikmatan. Dimana perlu kita ketahui bahwa pikiran yang banyak dan lain-lainnya merupakan godaan dari hawa nafsu saja.
  6. Berlatih untuk tabah :Dalam berpuasa kita dibiasakan untuk menahan seperti marah, berburung sangka, dan dianjurkan sifat sabar atas segala perbuatan orang lain kepada kita.
  7. Selalu melakukan kegiatan mulia karena itu ibadah :Setiap langkah ke mesjid adalah ibadah, menolong orang adalah ibadah, berbuat adil pada manusia adalah ibadah, tersum pada saudaranya adalah ibadah, membuang duri di jalan adalah ibadah, sampai tidur orang puasa adalah ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita tidak akan menyia-nyiakan segala kegiatan kita dan selalu ingin melakukan kegiatan yang beribadah.

http://www.artikelsiana.com/2015/06/manfaat-puasa-bulan-ramadhan-secara-ilmiah.html


 

10 Hikmah Melaksanakan Ibadah Puasa Ramadhan

10 Hikmah Melaksanakan Ibadah Puasa Ramadhan — Ibadah puasa Ramadhan memiliki banyak keutamaan, dan diantara keutamaan tersebut sebagian besar manfaat/hikmahnya merupakan untuk diri kita sendiri.

Hikmah berpuasa yang kita dapatkan ini tentunya berkaitan erat dengan amalan puasa yang kita jalani dan tentunya amalan pada puasa ramadhan bukanlah hanya menahan makan dan minum saja, melainkan juga menjalankan amalan ibadah Ramadhan lainnya, seperti bersedekah, Itikaf, Silaturahmi, Menghindari diri  dari yang haram, dan banyak lagi.

Maka dari itu, agar lebih termotivasi dalam menyempurnakan puasa tahun 2017 ini, kami sajikan untuk Anda 10 hikmah melaksanaka ibadah puasa Ramadhan yang dikutip dari berbagai sumber, selamat menyimak.

  1. Melatih Disiplin Waktu — Untuk menghasilkan puasa yang tetap fit dan kuat di siang hari, maka tubuh memerlukan istirahat yang cukup, hal ini membuat kita tidur lebih teratur demi lancarnya puasa. Bangun untuk makan sahur dipagi hari juga melatih kebiasaan untuk bangun lebih pagi untuk mendapatkan rejeki (makanan).
  2. Keseimbangan dalam Hidup — Pada hakikatnya kita adalah hamba Allah yang diperintahkan untuk beribadah. Namun sayang hanya karena hal duniawi seperti pekerjaan, hawa nafsu dan lain-lain kita sering melupakan kewajiban kita. Pada bulan puasa ini kita terlatih untuk kembali mengingat dan melaksanakan seluruh kewajiban tersebut dengan imbalan pahala yang dilipatgandakan.
  3. Mempererat Silaturahmi —Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid.
  4. Lebih Perduli Pada Sesama —Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid.
  5. Tahu Bahwa Ibadah Memiliki Tujuan —Tujuan puasa adalah melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.
  6. Tiap Kegiatan Mulia Merupakan Ibadah — Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.
  7. Berhati-hati Dalam Berbuat— Puasa Ramadhan akan sempurna dan tidak sia-sia apabila selain menahan lapar dan haus juga kita menghindari keharaman mata, telinga, perkataan dan perbuatan. Latihan ini menimbulkan kemajuan positif bagi kita jika diluar bulan Ramadhan kita juga dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing, berkata kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan lain sebagainya.
  8. Berlatih Lebih Tabah —Dalam Puasa di bulan Ramadhan kita dibiasakan menahan yang tidak baik dilakukan. Misalnya marah-marah, berburuk sangka, dan dianjurkan sifat Sabar atas segala perbuatan orang lain kepada kita. Misalkan ada orang yang menggunjingkan kita, atau mungkin meruncing pada Fitnah, tetapi kita tetap Sabar karena kita dalam keadaan Puasa.
  9. Melatih Hidup Sederhana —Ketika waktu berbuka puasa tiba, saat minum dan makan sedikit saja kita telah merasakan nikmatnya makanan yang sedikit tersebut, pikiran kita untuk makan banyak dan bermacam-macam sebetulnya hanya hawa nafsu saja.
  10. Melatih Untuk Bersyukur —Dengan memakan hanya ada saat berbuka, kita menjadi lebih mensykuri nikmat yang kita miliki saat tidak berpuasa. Sehingga kita dapat menjadi pribadi yang lebih mensyukuri nikmat Allah SWT.

Demikianlah hikmah dalam melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, semoga bermanfaat bagi kita umat muslim.

http://blog.lazada.co.id/10-hikmah-melaksanakan-ibadah-puasa-ramadhan/

 

 

Hikmah di Balik Puasa Ramadhan

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Berikut adalah beberapa hikmah di balik puasa Ramadhan yang kami sarikan dari beberapa kalam ulama. Semoga bermanfaat.

  1. Menggapai Derajat Takwa

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).

Ayat ini menunjukkan bahwa di antara hikmah puasa adalah agar seorang hamba dapat menggapai derajat takwa dan puasa adalah sebab meraih derajat yang mulia ini. Hal ini dikarenakan dalam puasa, seseorang akan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya. Inilah pengertian takwa. Bentuk takwa dalam puasa dapat kita lihat dalam berbagai hal berikut.

Pertama, orang yang berpuasa akan meninggalkan setiap yang Allah larang ketika itu yaitu dia meninggalkan makan, minum, berjima’ dengan istri dan sebagainya yang sebenarnya hati sangat condong dan ingin melakukannya. Ini semua dilakukan dalam rangka taqorrub atau mendekatkan diri pada Allah dan meraih pahala dari-Nya. Inilah bentuk takwa.

Kedua, orang yang berpuasa sebenarnya mampu untuk melakukan kesenangan-kesenangan duniawi yang ada. Namun dia mengetahui bahwa Allah selalu mengawasi diri-Nya. Ini juga salah bentuk takwa yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah.

Ketiga, ketika berpuasa, setiap orang akan semangat melakukan amalan-amalan ketaatan. Dan ketaatan merupakan jalan untuk menggapai takwa.[1] Inilah sebagian di antara bentuk takwa dalam amalan puasa.

  1. Hikmah di Balik Meninggalkan Syahwat dan Kesenangan Dunia

Di dalam berpuasa, setiap muslim diperintahkan untuk meninggalkan berbagai syahwat, makanan dan minuman. Itu semua dilakukan karena Allah. Dalam hadits qudsi[2], Allah Ta’ala berfirman,

يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى

Dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku”.[3]

Di antara hikmah meninggalkan syahwat dan kesenangan dunia ketika berpuasa adalah:

Pertama, dapat mengendalikan jiwa. Rasa kenyang karena banyak makan dan minum, kepuasan ketika  berhubungan dengan istri, itu semua biasanya akan membuat seseorang lupa diri, kufur terhadap nikmat, dan menjadi lalai. Sehingga dengan berpuasa, jiwa pun akan lebih dikendalikan.

Kedua, hati akan menjadi sibuk memikirkan hal-hal baik dan sibuk mengingat Allah. Apabila seseorang terlalu tersibukkan dengan kesenangan duniawi dan terbuai dengan makanan yang dia lahap, hati pun akan menjadi lalai dari memikirkan hal-hal yang baik dan lalai dari mengingat Allah. Oleh karena itu, apabila hati tidak tersibukkan dengan kesenangan duniawi, juga tidak disibukkan dengan makan dan minum ketika berpuasa, hati pun akan bercahaya, akan semakin lembut, hati pun tidak mengeras dan akan semakin mudah untuk tafakkur (merenung) serta berdzikir pada Allah.

Ketiga, dengan menahan diri dari berbagai kesenangan duniawi, orang yang berkecukupan akan semakin tahu bahwa dirinya telah diberikan nikmat begitu banyak dibanding orang-orang fakir, miskin dan yatim piatu yang sering merasakan rasa lapar. Dalam rangka mensyukuri nikmat ini, orang-orang kaya  pun gemar berbagi dengan mereka yang tidak mampu.

Keempat, dengan berpuasa akan mempersempit jalannya darah. Sedangkan setan berada pada jalan darahnya manusia. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ

Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia pada tempat mengalirnya darah.”[4] Jadi puasa dapat menenangkan setan yang seringkali memberikan was-was. Puasa pun dapat menekan syahwat dan rasa marah. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan puasa sebagai salah satu obat mujarab bagi orang yang memiliki keinginan untuk menikah namun belum kesampaian.[5]

  1. Mulai Beranjak Menjadi Lebih Baik

Di bulan Ramadhan tentu saja setiap muslim harus menjauhi berbagai macam maksiat agar puasanya tidak sia-sia, juga agar tidak mendapatkan lapar dan dahaga saja. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.”[6]

Puasa menjadi sia-sia seperti ini disebabkan bulan Ramadhan masih diisi pula dengan berbagai maksiat. Padahal dalam berpuasa seharusnya setiap orang berusaha menjaga lisannya dari rasani orang lain (baca: ghibah), dari berbagai perkaataan maksiat, dari perkataan dusta, perbuatan maksiat dan hal-hal yang sia-sia.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.”[7]

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.”[8]

Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah.[9] Sedangkan rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita[10] atau dapat pula bermakna kata-kata kotor.[11]

Oleh karena itu, ketika keluar bulan Ramadhan seharusnya setiap insan menjadi lebih baik dibanding dengan bulan sebelumnya karena dia sudah ditempa di madrasah Ramadhan untuk meninggalkan berbagai macam maksiat. Orang yang dulu malas-malasan shalat 5 waktu seharusnya menjadi sadar dan rutin mengerjakannya di luar bulan Ramadhan. Juga dalam masalah shalat Jama’ah bagi kaum pria, hendaklah pula dapat dirutinkan dilakukan di masjid sebagaimana rajin dilakukan ketika bulan Ramadhan. Begitu pula dalam bulan Ramadhan banyak wanita muslimah yang berusaha menggunakan jilbab yang menutup diri dengan sempurna, maka di luar bulan Ramadhan seharusnya hal ini tetap dijaga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

“(Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.”[12]

Ibadah dan amalan ketaatan bukanlah ibarat bunga yang mekar pada waktu tertentu saja. Jadi, ibadah shalat 5 waktu, shalat jama’ah, shalat malam, gemar bersedekah dan berbusana muslimah, bukanlah jadi ibadah musiman. Namun sudah seharusnya di luar bulan Ramadhan juga tetap dijaga. Para ulama seringkali mengatakan, “Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah (rajin ibadah, -pen) hanya pada bulan Ramadhan saja.”

Ingatlah pula pesan dari Ka’ab, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan lantas terbetik dalam hatinya bahwa setelah lepas dari Ramadhan akan berbuat maksiat pada Rabbnya, maka sungguh puasanya itu tertolak (tidak bernilai apa-apa).”[13]

  1. Kesempatan untuk Saling Berkasih Sayang dengan Si Miskin dan Merasakan Penderitaan Mereka

Puasa akan menyebabkan seseorang lebih menyayangi si miskin. Karena orang yang berpuasa pasti merasakan penderitaan lapar dalam sebagian waktunya. Keadaan ini pun ia rasakan begitu lama. Akhirnya ia pun bersikap lemah lembut terhadap sesama dan berbuat baik kepada mereka. Dengan sebab inilah ia mendapatkan balasan melimpah dari sisi Allah.

Begitu pula dengan puasa seseorang akan merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang miskin, fakir, yang penuh kekurangan. Orang yang berpuasa akan merasakan lapar dan dahaga sebagaimana yang dirasakan oleh mereka-mereka tadi. Inilah yang menyebabkan derajatnya meningkat di sisi Allah.[14]

Inilah beberapa hikmah syar’i yang luar biasa di balik puasa Ramadhan. Oleh karena itu, para salaf sangatlah merindukan bertemu dengan bulan Ramadhan agar memperoleh hikmah-hikmah yang ada di dalamnya. Sebagian ulama mengatakan, “Para salaf biasa berdoa kepada Allah selama 6 bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Dan 6 bulan sisanya mereka berdoa agar amalan-amalan mereka diterima”.[15]

Hikmah Puasa yang Keliru

Adapun hikmah puasa yang biasa sering dibicarakan sebagian kalangan bahwa puasa dapat menyehatkan badan (seperti dapat menurunkan bobot tubuh, mengurangi resiko stroke, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi resiko diabetes[16]), maka itu semua adalah hikmah ikutan saja[17] dan bukan hikmah utama. Sehingga hendaklah seseorang meniatkan puasanya untuk mendapatkan hikmah syar’i terlebih dahulu dan janganlah dia berpuasa hanya untuk mengharapkan nikmat sehat semata. Karena jika niat puasanya hanya untuk mencapai kenikmatan dan kemaslahatan duniawi, maka pahala melimpah di sisi Allah akan sirna walaupun dia akan mendapatkan nikmat dunia atau nikmat sehat yang dia cari-cari.

Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نزدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS. Asy Syuraa: 20)

Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Orang yang gemar berbuat riya’ akan diberi balasan kebaikan mereka di dunia. Mereka sama sekali tidak akan dizholimi. Namun ingatlah, barangsiapa yang melakukan amalan puasa, amalan shalat atau amalan shalat malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka balasan dari Allah: “Allah akan memberikan baginya dunia yang dia cari-cari. Akan tetapi, amalannya akan lenyap di akhirat nanti karena mereka hanya ingin mencari keuntungan dunia. Di akhirat, mereka juga akan termasuk orang-orang yang merugi”.”[18]

Sehingga yang benar, puasa harus dilakukan dengan niat ikhlas untuk mengharap wajah Allah. Sedangkan nikmat kesehatan, itu hanyalah hikmah ikutan saja dari melakukan puasa, dan bukan tujuan utama yang dicari-cari. Jika seseorang berniat ikhlas dalam puasanya, niscaya nikmat dunia akan datang dengan sendirinya tanpa dia cari-cari. Ingatlah selalu nasehat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ

Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.”[19]

Adapun hadits yang mengatakan,

صُوْمُوْا تَصِحُّوْا

Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.” Perlu diketahui bahwa hadits semacam ini adalah hadits yang lemah (hadits dho’if) menurut ulama pakar hadits.[20]

Semoga kita bisa menarik hikmah berharga di balik puasa kita di bulan penuh kebaikan, bulan Ramadhan.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id

Hikmah di Balik Puasa Ramadhan

Leave a comment